Sabtu, 24 November 2012

SEJARAH PURBA SIDAGAMBIR





Marga Purba Sidagambir pada awalnya adalah marga Purba Sidadolog, yang sulung adalah marga sidadolog dan yang bungsu akhirnya bergantih marga menjadi purba sidagambir, Pergantian marga tersebut tepatnya terjadi di daerah Simarpapan pada sekitar tahun 1605
Pada masa itu masih berlaku di Simalungun sistem partuanon, yang sulung marga purba Sidadolog lah yang memegang tampuk kekuasaan pada masa itu, sedangkan yang bungsu mencari kegiatan tersendiri yaitu Membuat Gambir (manopa Gambir) di sebuah pondok kecil.
Partuanon itu berada di daerah sinaman antara tahun 1575 – 1645 yang menjadi tuan pada pada partuanon tersebut adalah Tuan dolog masagal Purba Sidadolog.
Kehidupan 2 bersaudara ini sangat tidak harmonis di karenakan adanya perbedaan sifat yang sangat kontras antara mereka berdua dan konflik antara mereka berdua semakin parah karena yang sulung memaksa nikah saudara perempuan (botou) mereka ke daerah Samosir,Botou mereka sempat menetap di samosir, dan pada suatu waktu akibat ketidakcocokan dengan suaminya di Samosir dia kembali ke Simalungun sehingga ia dengan memakai perahu menyeberangi danau toba dan sampai ke daerah tigaras dan di tigaras akhirnya meninggal dunia akibat kecapaian di yakini sekarang ini tempatnya meninggal adalah sebuah batu besar ke arah timur tigaras. Jika marga purbaSidadolog / sidagambir memancinag di daerah sekitar batu tersebut dan berkeinginan mendapatkan ikan maka dengan keyakinan kita bisa meminta bantuan yang maha kuasa dengan perantaraan leluhur (amboru) yang meninggal di sekitar batu tersebut.
Suatu masa ketika ada jamuan makan di dalam rumah bolon, Tuan teringat akan adiknya yang sedang berada di dalam pondoknya membuat gambir sehingga tuan menyuruh seorang pembantu untuk mengajak adiknya untuk ikut serta dalam jamuan makan namun ajakan abangnya tersebut di tolak olehnya dan menyuruh pembantu tersebut agar kembali ke rumah bolon, pembantu tersebut bergegas kembali ke rumah bolon dan menyampaikan tolakan tersebut, lalu Tuan membungkuskan makanan di dalam daun pisang dengan rapi dan menyuruh pembantu tersebut kembali ke tempat adiknya untuk menyerahkan makanan tersebut namun di pertengahan jalan pembantu tersebut justru memakan makanan yang di titipkan Tuan tersebut dan mengganti makanan tersebut dengan pamorohan sikkam, pamoroan sikkam tersebut kembali di bungkusnya dengan rapi dengan daun pisang dan mengantarkannya kepada adik tuan tersebut.
Adik raja tersebut sangat senang menerima bungkusan tersebut, lalu ia menghentikan pekerjaanya dan mulai membuka bungkusan tersebut,alangkah terkejutnya dia ketika mulai meihat isi bungkusan tersebut bukan makanan yang di hidangkan tapi justru pamoroan sikkam, maka si adik sangat marah dan atas emosinya yang meluap akhirnya dia membuat sumpah di panopaan gambirnya bahwa sejak hari kejadian tersebut dia dan keturunannya tidak akan lagi menggunakan marga Sidadolog mulai hari itu di panopaan gambirnya dia dan keturunannaya adalah marga Purba Sidagambir sesuai dengan pekerjaannya membuat gambir.
Sejak dia bersumpah tidak memakai marga Purba Sidadolog maka hubungannya dengan abangnya yang merupakan Tuan Dolog Masagal semakin renggang namun ia masih menetap di daerah kerajaan abangnya dan keturunannya lah yang akhirnya merantau dan membuat partuanon yang baru.
Partuanon yang di bangun oleh Purba Sidagambir mulanya ada di daerah Rajani Huta kemudian dari rajani huta menyebar ke Tanjung marolan (sekarang lebih di kenal dengan nama dolog huluan).Yang paling sulung dari sidagambir Rajani huta pergi memperluas wilayah ke daerah tanjung marolan dan membuka daerah disana. Sedangkan di daerah dolog huluan sudah lebih dulu menetap sidagambir tuan buttu namun mereka di serang oleh daerah lain dan mengalami kekalahan serta melarikan diri ke daerah tanjung marolan. Di tanjung marolan mereka meminta bantuan kepada saudaranya yaitu sidagambir sin rumah bolon yang menjadi tuan di daerah tersebut.bersama dengan sidagambir sin rumah bolon dan pasukannya mereka kembali merebut dolog huluan dan bersama sama menguasi Dolog huluan. Lalu mereka mendirikan pagar untuk membatasi perkampungan dan perladangan,pagar tersebut dibuat mengelilingi dolog Huluan dan dibagi menjadi 5 bagian nama pagar tersebut sesuai dengan pembagian marga sidagambir dan masing masing marga tersebut menjaga pagar tersebut agar tidak bisa di lewati hewan peliharaan dan merusak tanaman masyarakat dan jika terjadi perusakan tanaman oleh hewan maka pagar yang menjadi lintasan hewan tersebut akan di denda penjaganya. Pagar Sidagambir tuan buttu sering menjadi lintasan hewan hewan peliharaan ke daerah perladangan sehingga mereka di denda oleh partuanon padahal kejadian tersebut merupakan ulah orang orang yang merasa sirik. Akibat terlalu sering di denda dan di jolimi mereka menjadi sakit hati dan meninggalkan Dolog Huluan kemudian pindah ke daerah pangkalan tongah .
Lalu pada masa Rajaiam di daerah huta bagas semakin banyaklah keturunan marga sidagambir di dolog huluan akibat banyaknya istri. Lalu kemudian anak kedua dari tuan rajaiam dari istri pertamanya yaitu jaham di suruh kembali kedaerah tanjung marolan bersama 3 istrinya (sinaga,sumbayak, turnip) namun di tanjung marolan terjadi tanah longsor (lubang tano) sehingga mereka membuat perkampungan baru ke arah barat tanjung marolan yaitu nama perkampungannya Mariah dolog. Sedangkan anak Tuan Rajaiam yang paling sulung meneruskan partuanon yang ada di dolog huluan. Pada masa Tuan Mordjati untuk memperluas wilayah dia memindahkan marga sidagambir ke daerah bangun rahu.
Tuan yang terakhir di dolog huluan adalah Tuan Rami pada masa Tuan Rami lah terjadi Revolusi di Simalungun dimana raja raja dan tuan tuan di bunuh dengan pisau sebab banyak raja raja dan tuan tuan tidak mempan ditembak dengan peluru. Namun Tuan Rami tidak ikut terbunuh walau sudah sempat di bawa pasukan Harimau Liar, di Silau Marihat pasukan yang membawa Tuan Rami tersebut berjumpa dengan Pasukan Harimau Liar lainnya dan pasukan Harimau liar tersebut merupakan Penduduk Dari Dolog Huluan karena mereka lah Tuan Rami di bebaskan sebab di mata mereka Tuan Rami adalah Pemimpin yang baik dan adil.
Setelah Revolusi Di Simalungun tuan Rami menjadi penduduk biasa dan bekerja sebagai petani sampai akhirnya meninggal dunia dan di kuburkan di Huta Bagas Dolog Huluan.
Tario Purba Sidagambir menjadi Pangulu pertama di Dolog Huluan setelah masa Partuanon di Simalungun berakhir.
Rajaiam memiliki 5 orang istri dan yang menjadi permaisurinya adalah saudara perempuan dari raja raya jadi partuanon dolog huluan adalah boru dari partuanon di raya. Hubungan partuanon Dolog Huluan dan partuanon Raya semakin harmonis sebab tuan rajaiam dapat menjinakkan kerbau liar milik raja Raya dan sebagai ucapan terimakasih raja raya kepada rajaiam dia memberikan sepasang kerbau kepada rajaiam.
Di dolog huluan sendiri yang menjadi si pukkah huta adalah marga Purba Sidagambir partuanon yang di bangun ada di bawah naungan raja panei purba Dasuha, namun rumah bolon yang ada di dolog huluan tepatnya di huta bagas musnah terbakar pada 30 12 1936
Di dolog huluan marga purba sidagambir terbagi menjadi 5 bagian yaitu
1.Sidagambir Sin Rumah bolon
3.Sidagambir Parkahap (Tuan kahap kahap)
4.Sidagambir Tuan buttu
2.Sidagambir Raja goraha
5.Sidagambir Tuan Sipandan
Pembagian marga tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi kerja, dan pangkat dalam partuanon serta berdasarkan tempat tinggal
Sin Rumah bolon adalah yang tertua karena yang memegang partuanon di dolog huluan adalah marga Sidagambir sin rumah bolon sebab berdasarkan partuanon di Simalungun yang meneruskan kerajaan adalah anak yang paling sulung. Fakta lain yang mendukung Sin rumah bolon sebagai sidagambir yang paling sulung adalah tutur yang berlaku di dolog huluan. Sidagambir yang 4 lagi memanggil abang kepada Sidagambir Sin Rumah bolon.
Sidagambir parkahap (Tuan kaha kaha) di berikan gelar tersebut karena keahlian mereka dalam mengamati dan melihat kelemahan musuh atau lebih tepatnya peran mereka adalah sebagai intel
Sidagambir raja goraha diberikan nama tersebut disebabkan karena mereka adalah panglima perang partuanon Dolog huluan sebagai pilar utama pertahanan dolog huluan
Sedangkan Sidagambir tuan Sipandan dan Tuan buttu di berikan gelar tersebut di sebabbkan tempat tinggal mereka. Sidagambir tuan buttu mayoritas tinggal di dearah yang tinggi letaknya di Daerah dolog huluan
Dan sidagambir tuan sipandan menetap di tiga sipandan sekarang lebih dikenal dengan nama Bah bolon. Di daerah tersebut dahulu ada sebuah kayu besar yaitu kayu “buah” namun sekarang sudah di tumbang dan hanya menyisakan batang sisa pemotongannya saja.

copy right simalungunonline

1 komentar :

  1. Cerita ini bagaimana bisa terjadi, apakah sudah berasal dari sumber yg bisa di percaya dan kredibel

    BalasHapus